Persatuan Sepak Bola Pamekasan (Persepam) bagi masyarakat pamekasan adalah berlian yang tetap indah meskipun tumbuh dalam kubangan lumpur persoalan didalamnya, mulai konflik kepentingan pengurus, konflik pemain, konflik administrasi, kompetisi, finasial, serta dinamika lainnya.
Sebab diantara dinamika dan kebangan persoalan tersebut telah tertanam cinta yang pada waktunya akan menjelma menjadi bukit-bukit rindu membiru, bukan lantaran kecanduan bertikai tetapi bertemunya setiap gagasan dari ribuan hati yang dipenuhi cinta menjadi percikan yang indah laksana kembang api yang memancarkan cahaya membentuk kata yaitu "Persepam",
Hingga pada akhirnya sejarah tercipta, dimana pada tahun 2011, Persepam untuk pertama kalinya lolos Devisi Utama.Berlaga di kompetisi Nomor dua dibawah Indonesia Super Laegue (ISL), bukanlah Hal yang mudah, dimana infrastruktur tidak memadai, keuangan yang tidak sehat, kebutuhan pemain yang berkualitas serta terbitnya peraturan yang melarang klub sepak bola profesional menggunakan APBD, seperti yang tertuang dalam peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 2011, mempertegas bahwa anggaran tahun 2012 tidak boleh ada dana APBD yang digunakan untuk klub sepak bola Profesional, kecuali yang sifatnya pembinaan olah raga dibawah naungan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI).
Jelas kondisi persepam saat itu sangatlah kritis dan terancam tidak bisa mengikuti kompetisi, sehingga pengurus dan management terpaksa mencari investor untuk mendanai segala kebutuhan Persepam.
Maka datanglah PT. Pojur Madura dengan segala pesonanya, sehingga membuat rakyat pamekasan larut dalam Suka cita, sebelum tahu bahwa Perusahaan yang dikelola oleh putra asli Sumenep, menawarkan beberapa syarat, diantaranya, memaksa rakyat Pamekasan untuk berbagi dengan tiga saudara kandungnya, Sumenep, Sampang dan Bangkalan, dengan merubah nama Persepam menjadi Persepam Madura United (P-MU), seolah tidak Tahu bahwa persepam itu dihasilkan dengan kerja keras, keringat, airmata bahkan darah rakyat pamekasan.
Kenyataan itu harus deterima oleh seluruh lapisan masyarakat pamekasan, sebab setelah dengan susah payah menanam kemudian tumbuh berbuah, meskipun tampa mencicipi manis buahnya, sudah dipaksa untuk dibagi-bagikan.
Disatu sisi, PT.Pojur tidak salah bahkan perusahaan tersebut telah mewujudkan sebagaian mimpi rakyat Pamekasan dengan meloloskan Persepam Madura United (P-MU) pada tahun 2013 berkompetisi di kompetisi tertinggi, yaitu Indonesia Super Laegue (ISL).
Rakyat pamekasan kembali dipaksa untuk memahami bahwa di era modern saat ini, sepakbola telah menjadi industri, dan P-MU telah berada dibawah naungan perusahaan, artinya tidak lagi berbicara tentang perasaan, sebab perasaan tidak bisa membayar kontrak para pemain, gaji pemain, akomodasi tim, serta kebutuhan-kebutuhan lainnya, ingatlah bahwa dalam bisnis hasil adalah tujuan.
Dari situlah dawai lirih persepam dalam jantung P-MU menggema, bukan lantaran tidak mau berbagi, tetapi perjalanan panjang perjuangan para pendiri persepam terlalu besar untuk ditukar dengan apapun, termasuk gelar juara sekalipun, jika rasa hormat tidak diberikan.
Meminjam kalimat soekarno, Bapak Proklamator Dan pendiri bangsa Indonesia, bahwa jangan sekali-kali melupakan sejarah sebab bangsa yang besar, adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya, jika P-MU ingin besar maka harus pula menghargai pamekasan sebagai pencipta sejarah Persepam. Ingatlah ini Pamekasan Madura, terkadang untuk memperoleh rasa hormat lebih baik putih tulang daripada putih mata.
Oleh : Esa Arif As
http://www.mediamadura.com
Sebab diantara dinamika dan kebangan persoalan tersebut telah tertanam cinta yang pada waktunya akan menjelma menjadi bukit-bukit rindu membiru, bukan lantaran kecanduan bertikai tetapi bertemunya setiap gagasan dari ribuan hati yang dipenuhi cinta menjadi percikan yang indah laksana kembang api yang memancarkan cahaya membentuk kata yaitu "Persepam",
Hingga pada akhirnya sejarah tercipta, dimana pada tahun 2011, Persepam untuk pertama kalinya lolos Devisi Utama.Berlaga di kompetisi Nomor dua dibawah Indonesia Super Laegue (ISL), bukanlah Hal yang mudah, dimana infrastruktur tidak memadai, keuangan yang tidak sehat, kebutuhan pemain yang berkualitas serta terbitnya peraturan yang melarang klub sepak bola profesional menggunakan APBD, seperti yang tertuang dalam peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 2011, mempertegas bahwa anggaran tahun 2012 tidak boleh ada dana APBD yang digunakan untuk klub sepak bola Profesional, kecuali yang sifatnya pembinaan olah raga dibawah naungan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI).
Jelas kondisi persepam saat itu sangatlah kritis dan terancam tidak bisa mengikuti kompetisi, sehingga pengurus dan management terpaksa mencari investor untuk mendanai segala kebutuhan Persepam.
Maka datanglah PT. Pojur Madura dengan segala pesonanya, sehingga membuat rakyat pamekasan larut dalam Suka cita, sebelum tahu bahwa Perusahaan yang dikelola oleh putra asli Sumenep, menawarkan beberapa syarat, diantaranya, memaksa rakyat Pamekasan untuk berbagi dengan tiga saudara kandungnya, Sumenep, Sampang dan Bangkalan, dengan merubah nama Persepam menjadi Persepam Madura United (P-MU), seolah tidak Tahu bahwa persepam itu dihasilkan dengan kerja keras, keringat, airmata bahkan darah rakyat pamekasan.
Kenyataan itu harus deterima oleh seluruh lapisan masyarakat pamekasan, sebab setelah dengan susah payah menanam kemudian tumbuh berbuah, meskipun tampa mencicipi manis buahnya, sudah dipaksa untuk dibagi-bagikan.
Disatu sisi, PT.Pojur tidak salah bahkan perusahaan tersebut telah mewujudkan sebagaian mimpi rakyat Pamekasan dengan meloloskan Persepam Madura United (P-MU) pada tahun 2013 berkompetisi di kompetisi tertinggi, yaitu Indonesia Super Laegue (ISL).
Rakyat pamekasan kembali dipaksa untuk memahami bahwa di era modern saat ini, sepakbola telah menjadi industri, dan P-MU telah berada dibawah naungan perusahaan, artinya tidak lagi berbicara tentang perasaan, sebab perasaan tidak bisa membayar kontrak para pemain, gaji pemain, akomodasi tim, serta kebutuhan-kebutuhan lainnya, ingatlah bahwa dalam bisnis hasil adalah tujuan.
Dari situlah dawai lirih persepam dalam jantung P-MU menggema, bukan lantaran tidak mau berbagi, tetapi perjalanan panjang perjuangan para pendiri persepam terlalu besar untuk ditukar dengan apapun, termasuk gelar juara sekalipun, jika rasa hormat tidak diberikan.
Meminjam kalimat soekarno, Bapak Proklamator Dan pendiri bangsa Indonesia, bahwa jangan sekali-kali melupakan sejarah sebab bangsa yang besar, adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya, jika P-MU ingin besar maka harus pula menghargai pamekasan sebagai pencipta sejarah Persepam. Ingatlah ini Pamekasan Madura, terkadang untuk memperoleh rasa hormat lebih baik putih tulang daripada putih mata.
Oleh : Esa Arif As
http://www.mediamadura.com