Seorang yang suka sesuatu hal yang baru, yang
menantang fisik, kecerdasan dan yang penting segala sesuatu yang
membuatnya merenung! Oleh karenanya, dia kerap melakukan pekerjaan atau
perjalanan yang tidak biasa. Hal-hal baru dan tempat-tempat baru selalu
mengusik keinginan-tahuannya. Dia akan melakukan apa saja untuk dapat
mengerti dan memahaminya, kemudian berusaha menuliskan pengalamannya;
untuk sekedar berbagi.
Semoga bermanfaat …
Ditengah
hiruk-pikuk Jakarta yang serba terburu-buru dan cepat, kita membutuhkan
sesuatu yang menurunkan tensi dan membuat sejuk perasaan dan hati.
Suatu pemandangan yang bernuansa hijau, teduh dan menyejukkan sangat
dibutuhkan warga Jakarta.
Dan
beruntunglah masih ada Danau Sunter di Jakarta Utara. Ada dua buah di
sini. Danau Sunter 1 yang lebih kecil dan Danau Sunter 2 yang lebih
besar. Danau Sunter 2 yang terletak di sebelah timur, lebih luas. Danau
ini menjadi ajang latihan dayung dan ski para atlit. Di tepinya selain
banyak warung yang menjajakan makanan, ada sebuah hotel yang anggun
berdiri, Sun Lake Hotel.
|
Sun Lake Hotel di Danau Sunter 2 |
Di
sebuah pagi seperti biasanya saya melewati Danau Sunter. Tidak seperti
biasanya, kali ini saya sengaja turun di Danau Sunter 1, untuk sekedar
menikmati keindahannya yang jarang terekspose ke media. Saya ambil
beberapa foto, terus duduk ditepi danau. Danau Sunter 1 ini agak sedikit
kotor. Hanya saja, sekarang sudah ada pembersihan yang teratur sehingga
tidak lagi kumuh seperti dulu. Akhirnya coklat kehijauan, mungkin
karena ganggang yang menyelimuti permukaannya.
|
Suatu pagi yang lengang dan teduh |
Di
seberang jalan, perumahan mewah berderet sepanjang jalan. Pintunya
lebih sering tertutup rapat, dan tampak jarang terbuka. Di pagi hari ini
belum banyak mobil yang lewat. Jadi terasa damai berada di tepi danau,
dipinggir jalan yang beraspal mulus. Disamping saya ada seorang setengah
baya yang sedang asyik menebar jala. Saya memperhatikan, sejak tadi
belum ada se ekor pun yang ‘nyakut dijalanya.
Pak
Nurdin lahir 52 tahun yang lalu, di desa di tepi Danau Sunter. Sambil
Pak Nurdin menunggu jalanya, saya menemani dia duduk dan ngobrol.
Menurut Pak Nurdin, wilayah ini dulunya sawah sampai ke Tanjung Priuk di
sana. Jadi tadinya tidak ada Danau Sunter. Danau ini berarti buatan
manusia. Para pekerja Proyek Sunter Podomoro, mengeruk tanah untuk
menimbun sawah, yang kemudian menjadi kompleks perumahan Sunter.
|
Pulo kecil yang dipercayai oleh pak Nurdin angker |
Saya menunjuk pulau kecil di tengah danau, bayangannya di air membentuk komposisi
yang indah. Saya memotretnya. Terus sambil menunjuk pulau kecil tadi,
saya menoleh ke Pak Nurdin. Dan tanpa diminta Pak Nurdin menjelaskan.
“Oh, itu angker mas. Dozer pun dulu nggak bisa mengangkat tanah yang ada
disitu!” Oh begitu tokh? Pak Nurdin bercerita panjang tentang masa
lalunya.
Dulu
waktu kecil dia mencari ikan disitu. Katanya dulu kalau mau, hanya
butuh waktu sebentar saja dan bisa mendapat ikan banyak. Ikan berlimpah
pada waktu dia kecil. Dia hanya perlu mencari dengan kedua tangannya.
Tetapi sekarang dengan menebar jala pun, tidak ada se ekor pun yang
tersangkut. Maklum terentang jarak selama lebih dari setengah abad …
|
Pintu Air |
Danau
Sunter memberi keindahan dan keteduhan tersendiri. Saya jadi ingat
ketika dulu terkesan dengan kota Canberra, ibukota Australia. Dimana di
sisi kiri kanan jalan utama, ada danau yang airnya bersih dan melimpah.
Memberi keindahan yang khas. Dan sopir disebelah saya menjelaskan dengan nada bangga : “This is a man-made lake!”
Oh, jadi danau buatan manusia tokh? Kemudian sopir taksi itu berbaik
hati, menunjukkan tempat dimana Canberra membendung sungai dan
menggenangkan airnya sehingga membentuk danau. Ternyata mirip dengan
Danau Sunter, buatan manusia juga.
|
Pak Nurdin sabar menunggu jala-nya |
Yang
terasa sangat berbeda dengan danau buatan di Canberra, adalah di
seberang Danau Sunter, deretan perumahan kumuh menempel di bibir danau!
Dan sampah berserakan ditepinya, menggenangi sepanjang pinggiran danau.
Barangkali himbauan dan ajakan untuk menjadikan Danau Sunter bersih
perlu terus didengungkan dan membangun kesadaran warga setempat. Dan
kita bersama berusaha menjaga dan menjadikan Danau Sunter sebagai
wilayah rekreasi wisata, yang murah meriah.
Masalahnya
sekarang, bagaimana menjaga agar Danau Sunter ini tetap bersih, indah,
dan sejuk memberikan kontribusi, agar menjadi salah satu keindahan
ditengah kota Jakarta?
|
Keren juga ternyata ada yang indah di tengah kota Jakarta |
Jakarta membutuhkan ruang bebas untuk publik. Dan jumlahnya sangat sedikit. Untunglah
di pusat ada Lapangan Monas, yang sekarang menjadi pusat rekreasi yang
murah meriah. Monas menjadi tempat masyarakat metropolitan mingle dan mencari udara bersih, diantara semburan asap knalpot jalanan kota Jakarta yang tidak pernah berhenti.
|
Danau Sunter-2 menjadi alternatif rekreasi yang murah meriah |
Danau Sunter
memberi pilihan untuk itu. Sekarang tinggal terpulang kepada kita.
Bagaimana kita memelihara dan menjaganya, dengan penuh tanggung-jawab.
Setuju?
Setelah beberapa lama menikmati situasi ini, saya
beringsut
pergi dan permisi kepada Pak Nurdin yang masih setia menunggui
jala-nya. Mudah-mudahan beliau mendapatkan banyak ikan pagi hari ini.